KUDA SUMBA ,PENINGGALAN ALAM TANAH MERAPU YANG MAKIN LENYAP

 Kuda bersama kerbau dan babi jadi status sosial warga tradisi Sumba, NTT. Kuda jadi hewan yang memiliki peran paling komplet untuk kehidupan warga Sumba.

Di Sumba, kuda dilihat nyaris sejajar dengan roh leluhur. Ndara, nama di tempat untuk kuda, bukan sekedar tunggangan, tapi kendaraan hidup yang tidak dapat dipisah dari kehidupan individu orang Sumba.



Untuk keperluan picuan, kuda ras asli sumba Sandalwood banyak yang disilangkan dengan kuda import, untuk hasilkan kuda yang cepat larinya dibarengi dengan ketahanan yang lumayan baik.
Konservasi kuda ras Sandalwood perlu dilaksanakan, ingat banyaknya yang dari tahun ke tahun makin berkurang.

Sumba adalah keindahan Si Ilahi yang dihadiahkan ke manusia. Bagaimana tidak, meskipun kelihatan kering pada musim kemarau, Sumba atau biasa dikatakan sebagai Tanah Marapu menyajikan panorama alam hebat untuk siapa saja yang mendatanginya.

Bentangan savana yang menghampar di beberapa dataran dan bukit-bukit Sumba, membuat tiap pelancong yang menyaksikannya terpesona. Belum juga ternak-ternak yang menyengaja dilepaskan oleh warga di tempat untuk cari makanannya sendiri, seolah menambahkan keeksotisan Tanah Marapu.

Pemilikan ternak telah lama jadi pertanda status sosial warga tradisi Sumba. Sekurang-kurangnya 3 hewan ternak yang memiliki peran penting di kehidupan warga tradisi Sumba, yakni : babi, kerbau dan kuda. Antara ke-3 hewan ternak itu, kuda ialah hewan yang memiliki peran paling komplet untuk kehidupan warga Sumba.

Di Sumba, Nusa Tenggara Timur, tidak ada kuda yang dinamakan, ini karena kuda dilihat nyaris sejajar dengan roh leluhur. Untuk warga Sumba, ndara -nama di tempat untuk kuda- bukan sekedar tunggangan. Kuda ialah kendaraan hidup yang tidak dapat dipisah dari kehidupan individu orang Sumba.



Selainnya sebagai daging konsumsi dan hewan tunggangan angkut, pada masa lampau kuda berperanan sebagai kendaraan perang. Bahkan juga kuda di Tanah Marapu turut juga dalam acara ritus tahunan warga Sumba,yang telah populer ke Luar negeri, yakni Pasola.

Gabungan di antara kuda yang kuat dan bagus dan kepiawaian si penunggang dalam mengontrol kudanya dan bermain tombak, bisa mengantar si pemilik sebagai juara dalam Pasola.
Warga Sumba memiliki satu kuda ciri khas Sumba yang namanya sandlewood, ataupun lebih komplet kuda Sandalwood pony. Kuda ini ialah kuda picu asli Indonesia yang diperkembangkan di Pulau Sumba. Kabarnya kuda ini mempunyai leluhur kuda Arab yang disilangkan dengan kuda poni lokal untuk membenahi beberapa performanya. 

Nama sandalwood sendiri dihubungkan dengan kayu cendana (sandalwood) yang pada periode lalu sebagai komoditas export dari Pulau Sumba dan beberapa pulau Nusa Tenggara yang lain.
Berdasarkan catatan J. de Roo di tahun 1890, kuda sudah jadi komoditi perdagangan orang Sumba ke wilayah lain di Nusantara sekurang-kurangnya semenjak 1840 lewat Waingapu yang umumnya dilaksanakan oleh bangsawan di tempat.


Menurut Palanggarimu atau umum diundang Umbu Angga, seorang bangsawan Prailiu yang dijumpai Mongabay Indonesia, Senin (7/ 9/2019) menjelaskan kuda Sumba memiliki peran penting dalam tiap persendian kehidupan warga Sumba. "Kuda ada selalu dalam tiap upacara tradisi Sumba. Selainnya jadi belis atau mas kawin orang sumba, kuda dipercayai sebagai tunggangan paling akhir orang Sumba ke arah alam baka. Karenanya Sumba ada selalu kuda dalam pengurbanan beberapa acara kematian," ucapnya.

Tidak ada yang mengetahui tentu apa terlebih dulu orang Sumba yang tiba ke tana Marapu, atau kuda Sumba terlebih dahulu tinggal. Tapi yang terang, dalam tiap baitan tradisi (literatur/pantun tradisi) kuno, selalu dikisahkan kuda Sumba ini tiba dari tanah yang jauh.

Yang di sana disebut salah satunya asal Kuda Sumba ialah Makkah Madina (Arab Saudi)
Beberapa orang yang kesengsem dengan performa kuda ciri khas Indonesia ini. performa kuda yang namanya latin Equus caballus ini memang lumayan unik. Bertubuh yang tidak berapa besar, yakni cuma 110-130 cm saja tingginya. Wujud badan yang cukup cocok, badan sisi tengah cukup pendek, dada lumayan besar dan dalam, telinga cukup kecil, suri dan kumba cukup tebal, dan type kuda penarik enteng.

Disamping itu kuda Sumba memiliki endurance atau ketahanan badan yang baik sekali. Staminanya lumayan baik, hingga perannya sebagai alat angkut berlaku optimal. Pokoknya, pada masa lampau, kuda Sumba jadi ternak kecintaan dan jadi identitas orang Sumba. Namun, di saat ini kehadiran kuda Sumba ini dikhawatirkan makin sedikit. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan ialah kesenangan warga Sumba yang lain yang terkait dengan kuda, yakni picuan kuda.

Picuan kuda sendiri sudah lama jadi hoby dan kesenangan warga Sumba semenjak zaman jaman dulu. Meskipun sebenarnya ini meleset dari perannya sebagai alat angkut dan transportasi, tapi picuan kuda ini terdaftar sebagai aktivitas favorite warga Sumba yang terkait dengan kuda selainnya Pasola. Setiap tahunnya, sering kali ada banyak kali kejuaraan picuan kuda ini. beragam langkah dilaksanakan, menjadi si juara.

Kecilnya ukuran kuda Sumba jika dibanding dengan kuda-kuda import malah jadi aspek terpenting, makin menyusutnya komunitas kuda Sumba. Meskipun memiliki stamina yang oke, tapi kuda Sumba kalah dalam soal kecepatan dengan kuda-kuda import. Ini karenanya ukuran yang lebih kecil, karena itu daya capai kuda Sumba juga terbatas.

Beberapa pemilik kuda juga mengetahui ini, dan memulai lakukan persilangan di antara kuda Sumba dengan Australia, yang memiliki perawakan semakin besar dan tinggi. Minimal itu yang dipercaya oleh Daniel Mudi Hambabanju ke Mongabay Indonesiadi stadion picu kuda kota Waingapu, Jumat (6/9/2019). "Dengan lakukan kawin silang di antara kuda sandel dan import, maka didapat kuda yang besar dengan stamina yang baik juga," ucapnya.

Palanggarimu menambah,"masalah kawin silang ini, sebenarnya telah dilaksanakan semenjak zaman Belanda, di tahun 1800-an, yang datangkan kuda import dari Eropa, untuk dikawinkan dengan kuda Sumba, untuk memperoleh kuda favorit dengan stamina yang sempurna."
Berdasar data Dinas Peternakan Sumba Timur, kuda-kuda Sandalwood ini dikirimkanan ke banyak daerah di nusantara, seperti Jawa untuk rekreasi, dan Jeneponto untuk diambil dagingnya. Yohanes Ratamuri, Kepala Dinas Peternakan Sumba Timur, ke Mongabay Indonesia, Sabtu (7/9/2019) menjelaskan 4-5 tahun kemarin paling akhir, jumlah kuda Sandalwood memang semakin banyak dan dapat dijumpai di sebagian besar wilayah Sumba Timur. "Tapi di periode saat ini, cuma dapat diketemukan secara sporadis di beberapa daerah tertentu saja," ucapnya. Data Dinas Peternakan mengatakan jumlah kuda Sandalwood dan kuda silang yang terlihat pada 2018 ialah 32.983 ekor.

Sayang tidak ada data yang jelas mengenai berapakah kuda sandalwood dan berapakah kuda silang yang ada pada warga Sumba. Hingga payung hukum yang tegas memang dibutuhkan membuat perlindungan kuda ras, yang banyaknya makin berkurang ini.

"Sebetulnya ada dasar hukum yang memayungi konservasi kuda ras Sandalwood ini, yakni Permentan No.426/2014 mengenai penentuan rumpun dan galur kuda Sandalwood, yang selanjutnya dilakukan tindakan oleh penentuan daerah sumber bibit untuk kuda Sandalwood dengan keputusan Menteri Pertanian No.1/2019 dengan lokasi di Kecamatan Matawai La Pawu. Di Kecamatan ini akan dilaksanakan seperti pemurnian ras yang dibina oleh pemerintahan. Di situ akan diambil beberapa ternak kuda yang benar-benar penuhi syarat sebagai ras murni Sandalwood, dalam jumlah sekitaran 800 ekor, ditelaah dan diperkembangkan," kata Yohanes.



Ritual memandikan kuda Sumba sebelum acara Pasola. Foto
Zaman memang akan berkembang, demikian juga dengan budaya dan peradaban. Hingga peralihan ingin atau mungkin tidak ingin, tidak bisa dijauhi. 

Tapi ciris bangsa ciri khas satu wilayah, termasuk didalamnya budaya dan biodiversity, seharusnya masih tetap dipiara dengan sebagus-baiknya, hingga mnjadi identitas satu wilayah, atau semakin besar kembali, jadi identitas satu bangsa. 

Karena itu, kuda sandalwood sebagai salah satunya ras kuda yang telah dipandang seperti kuda ras Indonesia, membutuhkan perhatian yang khusus. Saat sebelum semua telat, seperti harimau Bali yang musnah seperti ditelan bumi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemikiran Memakai Stand Netbook, Kenali Saat sebelum Membeli!

Sumber Kekayaan Jess No Limit, Pro Player E-Sport yang Buat Ingin tahu